Komunikasi dalam Bahasa Matematika

permainan matematika
Belajar Matematika adalah Belajar Berkomunikasi. 
Matematika adalah bahasa simbol di mana setiap orang yang belajar matematika dituntut untuk mempunyai kemampuan untuk berkomunikasi dengan menggunakan bahasa simbol tersebut. 
Di dalam proses pembelajaran Kurikulum 2013 siswa yang sudah mempunyai kemampuan pemahaman matematis dituntut juga untuk bisa mengkomunikasikannya, yang merupakan tahapan terakhir di dalam proses 5M, yaitu mengamati, menanya, menganalisis, mengasosiasi, dan mengkomunikasikan
 Oleh sebab karakteristik dari matematika yang sarat dengan istilah dan simbol, sehingga tidak jarang ada siswa yang mampu menyelesaikan soal matematika dengan baik, tetapi tidak mengerti apa yang sedang dikerjakannya. Kemampuan komunikasi matematis yang baik akan menunjang kemampuan-kemampuan matematis yang lain, misalnya kemampuan pemecahan masalah. Dengan kemampuan komunikasi yang baik maka suatu masalah akan lebih cepat bisa direpresentasikan dengan benar dan hal ini akan mendukung untuk penyelesaian masalah. Selain itu juga kemampuan komunikasi matematis akan membuat seseorang bisa memanfaatkan matematika untuk kepentingan diri sendiri maupun orang lain, sehingga akan meningkatkan sikap positif terhadap matematika baik dari dalam diri sendiri maupun orang lain. 
Ada dua aspek yang dikembangkan di dalam komunikasi matematika yaitu komunikasi lisan (talking) dan komunikasi tulisan (writing). Komunikasi lisan dapat dilihat pada aktifitas dan intensitas keterlibatan siswa dalam kelompok kecil selama berlangsungnya proses pembelajaran. Sedangkan komunikasi matematika tulisan (writing) adalah kemampuan dan keterampilan siswa menggunakan kosa kata (vocabulary), notasi dan struktur matematika untuk menyatakan hubungan dan gagasan serta memahaminya dalam memecahkan masalah yang dapat diamati pada gambar, grafik, pemodelan matematika dan argumentasi verbal yang berlandaskan konsep-konsep formal yang sudah dipelajari. 
 Komunikasi matematis bisa ditumbuhkan dengan merancang suatu bentuk permasalahan matematika yang untuk menjawabnya tidak sekedar jawaban akhir dari suatu prosedur yang baku tetapi dibutuhkan penjelasan-penjelasan dan penalaran-penalaran untuk menjawabnya. 
Berikut ini adalah pengalaman sederhana saya di kelas yang mungkin bisa dijadikan bahan ilustrasi. Pada suatu kesempatan tatap muka di dalam kelas saya memberikan suatu permasalahan ke anak-anak kelas X SMA tentang persamaan linier.
Pada suatu hari Bu Siti hendak mengadakan arisan di rumahnya. Untuk salah satu suguhan Ia membeli apel dan jeruk di sebuah toko buah. Apel harga per butirnya adalah Rp. 4.000,- dan Bu Siti membeli sebanyak 18 butir. sedangkan jeruk Rp. 2.500,- per butirnya. Bu Siti mendapat potongan harga Rp. 2.000,- dan hanya membayar ke kasir sejumlah Rp. 100.000,- untuk keseluruhannya. Berapa banyak jeruk yang dibeli oleh Bu Siti?

Setelah beberapa saat seorang siswa menjawab, "12 butir, Pak".
Saya tulis jawabannya di papan tulis dan berkomentar, "jawaban yang bagus. Ada komentar dengan jawaban teman kalian ini?"
Beberapa siswa berkomentar:
- bagaimana caranya?
- tidak ada langkah-langkahnya Pak?
- tidak paham Pak...
Kemudian saya meminta ke kelas, adakah yang mau menunjukkan langkah-langkah yang sudah dikerjakannya di papan tulis.
Seorang siswa yang lain maju ke depan, menulis:
18 x 4.000 = 72.000
100.000 - 72.000 - 2.000 = 30.000
30.000/2.500 = 12

Saya berikan pujian pada siswa tersebut dan meminta pendapat lagi pada kelas.

- Mestinya itu 100.000 - 72.000 + 2.000. Potongan 2.000 ditambahkan, bukan dikurangi pak.
Saya betulkan jawaban di papan tulis dan bertanya lagi: "masih ada pertanyaan atau komentar lain?"
Tak ada jawaban. 
Kemudian saya menjelaskan sedikit tentang bahasa matematika dan kemampuan mengkomunikasikan jawaban dalam menyelesaikan soal matematika.
Saya tambahkan beberapa kata dan kalimat penjelas pada hasil jawaban siswa di papan tulis sehingga menjadi:
Harga apel : 18 x 4.000 = 72.000
Uang yang tersisa : 100.000 - 72.000 + 2.000 = 30.000
Jeruk yang dibeli : 30.000/2.500 = 12 butir.
Bagaimana menurut anda dengan jawaban di atas? 
Mungkin contoh yang saya tuliskan di atas belum menggambarkan komunikasi tulisan dalam matematika yang baik dan utuh. Akan tetapi dengan membiasakan diri melatih siswa mengkomunikasikan jawaban seperti itu harapannya siswa akan terbiasa mengkomunikasikan apa yang ada di dalam pikirannya sehingga yang tersaji nanti di lembar jawaban siswa bukanlah sekedar kumpulan angka dan perhitungan tanpa makna tetapi sebuah jawaban / solusi dari permasalahan yang sebenarnya.
Karena matematika tidaklah sekedar memberikan jawaban benar, melainkan bagaimana meyakinkan pada orang lain bahwa jawaban kita benar.
Salam.

Dapatkan artikel terbaru:

5 Responses to "Komunikasi dalam Bahasa Matematika "

  1. pertidaksamaan linier di atas kalau disederhanakan akan menjadi kalimat i<3u. benar kan pak? :)

    ReplyDelete
    Replies
    1. kalimat i<3u itu termasuk bidang komunikasi dalam bahasa matematika bukan Pak..?

      Delete
  2. Salam malam Pak. Terima kasih sudah berbagi ilmu matematika nya sangat bermanfaat sekali buat saya Pak. karena pelajaran yang saya sangat minim pengetahuan adalah matematika dulu saat saya masih sekolah menengah pertama.

    ReplyDelete
  3. kalo dalam matematika perlunya komunikasi sangat penting ya pak, apa lagi dalam soal matematika kan banyak kemungkinan jawaban

    ReplyDelete
  4. maaf, punten, saya tengah kebingungan dg materi mtk. anak saya yg sd. soalnya seperti ini, bilangan yg 100 kurangnya dari bilangan -2050, maka bilangan itu adalah? jawaban anak saya -2150 dan disalahkan gurunya, punten bapak juga teman yg lain tolong share ilmunya bagaimana jawaban yg benar, juga apa arti dari soal tsb. menurut kaidah bahasa indonesia, terimakasih...

    ReplyDelete

Manfaatkan kotak komentar di bawah ini untuk feed back dan sumbang saran. Terima kasih sudah ikut berkontribusi di blog Matematrick.