Pembelajaran Berdiferensiasi | Prinsip dan Strategi

Pengertian Pembelajaran Berdiferensiasi

Pembelajaran berdiferensiasi adalah respon guru atau serangkaian keputusan guru untuk memfasilitasi kebutuhan siswa yang dilaksanakan dengan berpedoman pada prinsip umum diferensiasi, yaitu: respectful tasks, pengelompokan yang fleksibel, dan asesmen berkelanjutan. Dalam pelaksanaan pembelajaran berdiferensiasi, guru dapat melakukan diferensiasi melalui konten, proses, dan produk yang didasarkan pada kebutuhan siswa dari segi kesiapan, minat, dan profil belajarnya.

Pembelajaran berdiferensiasi


Rasionalisasi Pembelajaran Berdiferensiasi

  • Sebagai pembelajar, siswa mempunyai perbedaan-perbedaan baik kesiapan belajar, profil belajar, minat, dan sebagainya.
  • Untuk belajar dengan baik, setiap siswa butuh “tantangan/kesulitan” dan keberhasilan
  • Kita tidak dapat memfasilitasi hal tersebut jika kita mengabaikan perbedaan yang ada
  • Untuk itu, kita memerlukan pendekatan yang fleksibel dalam pembelajaran
  • Salah satunya berdasar pada lingkungan yang mendukung, asesmen sebagai dasar untuk merancang pembelajaran, dan pengelolaan kelas yang fleksibel

Gambaran Umum Pembelajaran Berdiferensiasi

Pembelajaran berdiferensiasi adalah respon guru atau serangkaian keputusan guru untuk memfasilitasi kebutuhan siswa. Pembelajaran berdiferensiasi berpedoman pada prinsip umum diferensiasi, yaitu: respectful tasks, pengelompokan yang fleksibel, dan asesmen berkelanjutan. Guru dapat melakukan diferensiasi melalui konten, proses, dan produk. Rancangan pembelajaran berdiferensiasi berdasar pada kebutuhan siswa dari segi kesiapan, minat, dan profil belajarnya.


Ciri-Ciri Pembelajaran Berdiferensiasi

  • Bersifat proaktif
  • Menekankan kualitas daripada kuantitas
  • Berakar pada asesmen
  • Menyediakan berbagai pendekatan dalam konten, proses, dan produk pembelajaran
  • Berorientasi pada siswa
  • Merupakan campuran dari pembelajaran individu dan klasikal
  • Bersifat hidup


Pentingnya Pembelajaran Berdiferensiasi

  • Menantang siswa cerdas untuk menggali pembelajaran lebih dalam.
  • Mendukung siswa dengan kekurangmampuan belajar untuk dapat meningkatkan kemampuannya.
  • Memberi kesempatan siswa menjadi tutor sebaya.
  • Guru perlu memahami bahwa satu pendekatan standar dalam mengajar tidak akan memenuhi sebagian atau semua siswa.


Prinsip Pembelajaran Berdiferensiasi

  • Lingkungan belajar
  • Kurikulum yang berkualitas
  • Asesmen yang berkelanjutan
  • Pengajaran yang responsif
  • Kepemimpinan dan manajemen kelas sehari-hari

Prinsip Pembelajaran berdiferensiasi


Jenis Pembelajaran Berdiferensiasi

1. Berdasarkan konten

  • Merujuk pada strategi membedakan pengorganisasian dan format penyampaian konten
  • Strategi Diferensiasi Berdasarkan Konten
  • Memberikan bahan bacaan dengan berbagai tingkat keterbacaan.
  • Memberikan pendalaman bagi siswa yang mengalami kesulitan.
  • Memberikan pengayaan bagi siswa pembelajar cepat.
  • Mendorong siswa untuk mengeksplorasi materi yang lebih mendalam.
  • Menggunakan pertanyaan dari siswa dalam pembahasan diskusi materi.
  • Menggunakan contoh dan ilustrasi berdasarkan minat siswa.

2. Berdasarkan proses

Merujuk pada strategi membedakan proses yang harus dijalani siswa yang memungkinkan mereka berlatih dan memahami konten.

Strategi Diferensiasi Berdasarkan Proses

  • Menggunakan aktivitas dengan tingkat kesulitan berbeda tetapi berfokus pada tujuan pembelajaran yang sama.
  • Membuat petunjuk penugasan yang lebih detail bagi sebagian siswa dan petunjuk yang lebih terbuka bagi sebagian siswa yang lain.
  • Memvariasikan kecepatan penyelesaian tugas yang berbeda-beda.
  • Mendesain penugasan yang memungkinkan variasi minat yang berbeda dalam proses penyelesaiannya.
  • Mendorong siswa untuk terlibat dalam penyusunan desain beberapa penugasan.
  • Mendorong siswa untuk bekerja secara kelompok atau secara individual dalam penyelesaian tugas.
  • Menyeimbangkan penugasan yang menekankan pada kerja individual, bekerja sama, atau berkompetisi. 
  • Mengembangkan aktivitas yang memunculkan berbagai cara pandang dalam penyelesaiannya.

3. Berdasarkan produk

Merujuk pada strategi memodifikasi produk hasil belajar siswa, hasil latihan, penerapan, dan pengembangan apa yang telah dipelajari

Strategi Diferensiasi Berdasarkan Produk

  • Menyediakan sumber belajar dalam berbagai tingkatan kompleksitas.
  • Mendorong siswa untuk mendemonstrasikan pengetahuan, pemahaman, dan keterampilan pada materi tertentu yang sesuai dengan minat.
  • Membantu siswa untuk menemukan pembimbing dalam pengembangan atau pemilihan produk.
  • Mengizinkan siswa untuk menggunakan berbagai media untuk mengekspresikan pengetahuan, pemahaman, dan keterampilan mereka.
  • Memfasilitasi siswa untuk memahami dan mendapatkan pengalaman mengenai cara menggunakan berbagai format produk.

Strategi Pembelajaran berdiferensiasi


Asesmen dalam Pembelajaran Berdiferensiasi

Pengantar

Penilaian adalah proses mengumpulkan, mensintesis, dan menafsirkan informasi di kelas untuk tujuan membantu pengambilan keputusan guru (Tomlinson & Moon, 2013:18)

Penilaian merupakan bagian penting dalam setiap pembelajaran, termasuk dalam pembelajaran berdiferensiasi. Guru diharapkan memiliki pemahaman yang berkelanjutan tentang kemajuan akademik murid-muridnya. Guru diharapkan mengetahui dimana posisi muridnya saat akan memulai belajar dan mengaitkan dengan tujuan pembelajaran. 

Penilaian berfungsi seperti kompas yang mengarahkan dalam praktik pembelajaran berdiferensiasi. Penilaian dalam pembelajaran berdiferensiasi tidak hanya di akhir semester atau akhir tahun, tapi menjadi hal yang rutin terjadi dalam seluruh proses pembelajaran.

Jenis Penilaian dalam Pembelajaran Berdiferensiasi

1. Assessment for learning

Dilakukan selama berlangsungnya proses pembelajaran untuk perbaikan pembelajaran.

Berfungsi sebagai penilaian formatif.

2. Assessment of learning

Dilaksanakan setelah selesai proses pembelajaran.

Berfungsi sebagai penilaian sumatif.

3. Assessment as learning

Sebagai proses belajar dan melibatkan murid secara aktif dalam kegiatan penilaian.

Berfungsi sebagai penilaian formatif.

Asesmen Awal (Asesmen Diagnostik Awal)

Asesmen awal merupakan salah satu bagian krusial untuk dilaksanakannya pembelajaran berdiferensiasi. Asesmen awal membantu guru menemukan wilayah belajar yang tepat bagi siswa-siswanya untuk memulai pembelajaran (Tomlinson & Moon, 2013)

Asesmen awal memberikan informasi untuk membantu perencanaan guru dan memandu pembelajaran yang berdiferensiasi (Wiggins, dkk, 2007)

Asesmen Awal Sebagai Pijakan Pembelajaran

Asesmen awal bukanlah suatu target yang harus dilakukan guru, melainkan hal yang diperlukan guru untuk dapat merancang dan melaksanakan pembelajaran terbaik bagi siswa-siswanya.

Hal esensial dalam diskursus/gagasan tentang asesmen awal tidak hanya terkait dengan data apa yang harus dikumpulkan melalui asesmen awal, tetapi juga meliputi bagaimana asesmen awal seharusnya ditindaklanjuti.

Asesmen Awal untuk Kesiapan Belajar

Kesiapan belajar berkaitan dengan kesiapan siswa untuk belajar dengan pengetahuan, pemahaman, dan keterampilan yang baru. 

Jika siswa dapat menyelesaikan tugas dengan mudah tanpa diperlukan usaha karena sudah menguasai, dia mungkin mendapat nilai bagus, tetapi sesungguhnya dia tidak belajar. 

Jika dari hasil asesmen menunjukkan kemampuan awal siswa belum siap melanjutkan belajar, maka siswa akan kesulitan menyelesaikan tugas yang nantinya akan diberikan. Jika dipaksakan, siswa akan frustasi sehingga akan gagal belajar.

Asesmen awal untuk kesiapan belajar mempunyai 2 fungsi:

  1. memberikan kejelasan kepada guru mengenai pengetahuan sebelumnya atau prasyarat siswa terkait dengan konten yang akan dikembangkan untuk pembelajaran yang akan datang
  2. memberikan informasi kepada guru mengenai tingkat penguasaan siswa terhadap materi baru yang akan dipelajari sehingga target pembelajaran dapat disesuaikan dengan tepat untuk mengakomodasi berbagai kecakapan mereka terkait konten tersebut.

Asesmen terhadap pengetahuan sebelumnya atau prasyarat dapat memberikan gambaran pada guru tentang:

  • kesenjangan pengetahuan dan keterampilan yang seharusnya dikuasai siswa dari tingkat sebelumnya dengan yang kenyataannya telah dikuasai siswa saat ini sebelum pembelajaran berikutnya
  • Miskonsepsi yang dimiliki siswa tentang materi-materi prasyarat yang akan digunakan untuk pembelajaran berikutnya
  • Mengatasi kesenjangan dan miskonsepsi pada materi prasyarat melalui pembelajaran yang tepat penting dilakukan guru karena bukti menunjukkan bahwa siswa mengasimilasi (menyesuaikan) konten baru ke dalam skema konten yang telah ada sebelumnya (Tomlinson & Moon, 2013)
  • memberikan informasi kepada guru mengenai tingkat penguasaan siswa terhadap materi baru yang akan dipelajari sehingga target pembelajaran dapat disesuaikan dengan tepat untuk mengakomodasi berbagai kecakapan mereka terkait konten tersebut.


Asesmen terhadap tingkat penguasaan siswa terhadap materi yang akan diajarkan penting untuk menghindari “pemaksaan” siswa yang telah memahami materi belajar ulang hanya demi “membersamai” teman-temannya.

Tidak seharusnya guru berasumsi bahwa siswa adalah papan tulis kosong atau belum memiliki pemahaman sama sekali terhadap materi yang akan diajarkan hanya karena guru belum menjelaskannya di kelas, karena siswa bisa saja telah belajar mandiri, atau telah belajar dari guru/orang lain. 

Mengajarkan kembali konsep atau keterampilan yang telah dikuasai siswa (terlepas dari manapun siswa belajar) merupakan pemborosan waktu pembelajaran, yang seharusnya bisa digunakan untuk memfasilitasi siswa tersebut dengan aktivitas belajar yang sesuai dengan kebutuhannya.

Asesmen awal membantu guru mendapatkan beberapa kemungkinan keberagaman siswa. 

Beberapa siswa mungkin kekurangan pengetahuan, pemahaman, atau keterampilan prasyarat yang mutlak diperlukan untuk pembelajaran yang akan dilakukan. Misalnya, memahami pecahan merupakan bahan penting untuk studi awal dalam aljabar.

Jika siswa tidak memiliki pemahaman yang kuat tentang sifat-sifat bilangan dan operasinya, maka mengejar konsep dan operasi yang lebih kompleks dalam aljabar tidak akan berhasil.

Dalam kasus lain, bisa juga terjadi siswa telah menguasai prasyarat yang diperlukan serta pembelajaran materi baru yang akan dipelajari. Siswa-siswa ini tidak perlu menghabiskan waktu untuk “mempelajari kembali” apa yang telah mereka pahami secara mendalam. Sebaliknya, guru bisa merencanakan, misalnya, untuk membimbing mereka dalam mempelajari yang lebih luas atau lebih mendalam.

Strategi asesmen awal dapat berupa tindakan tidak langsung (informal) atau langsung (formal). 

1. Strategi tidak langsung (informal) 

- Strategi tidak langsung atau informal biasanya tidak terstruktur dalam waktu pembelajaran tertentu yang tidak dikhususkan untuk mengumpulkan data untuk setiap siswa. Sebaliknya, guru melakukan “penyapuan” atau pengambilan data “sampel” di kelas.

- Keuntungan pendekatan ini yaitu memungkinkan dilakukan dengan cepat sehingga meminimalkan gangguan pada pembelajaran. 

- Kerugiannya, data umumnya di unit kelas; bukan individu, sehingga sulit untuk mendapatkan gambaran yang akurat dari status setiap individu siswa.

2. Strategi langsung (formal)

- Strategi langsung atau formal untuk asesmen awal kesiapan siswa adalah asesmen yang dilakukan secara terstruktur untuk tujuan mengumpulkan data pada tingkat individu siswa.

- Asesmen awal dapat dilakukan melalui tes atau yang lain yang relevan yang memungkinkan dapat memberikan data kesiapan belajar siswa secara individual.

Asesmen Awal untuk Minat

Minat dapat berhubungan dengan kegiatan yang dinikmati siswa pada waktu mereka sendiri—dengan kata lain, hal-hal seperti musik, bola basket, mengumpulkan koin, pengabdian masyarakat, arkeologi, permainan, dan sebagainya. 

Guru yang terampil dapat menemukan banyak hubungan antara bidang konten yang mereka ajarkan dan minat siswa. 

Matematika, misalnya, dapat dihubungkan dengan game, musik, olahraga, pasar saham, dan lain-lain.

Tema sastra dapat dihubungkan dengan sejarah, peristiwa terkini, seni, musik, dan sebagainya.

Guru dapat membuat hubungan minat siswa dengan apa dan bagaimana pembelajaran akan dilaksanakan. Minat siswa dapat diketahui dengan cara berbicara dengan siswa tentang minat mereka, mencari informasi dari pihak lain, atau secara langsung melakukan survei.

Asesmen Awal untuk Profil Belajar

Profil belajar siswa merupakan aspek yang berharga bagi guru karena setiap individu memproses informasi secara berbeda dan memiliki preferensi (kecenderungan/kesukaan) yang berbeda tentang belajar.

Profil belajar mengacu pada cara belajar yang disukai siswa (cara yang terbaik bagi siswa untuk belajar). 

Beberapa siswa mungkin akan belajar paling baik ketika mereka berkolaborasi dengan teman sebaya; sebaliknya, beberapa siswa mungkin akan belajar paling baik ketika sendirian.

Beberapa siswa harus melihat gambaran besar dari pemikiran di balik apa yang mereka pelajari; Ada pula siswa lain yang membangun pemahaman/keterampilannya secara efektif dengan cara mengumpulkan sedikit demi sedikit bagian-bagian pembelajaran dan kemudian membangun makna.

Beberapa siswa paling efisien ketika mereka melakukan tugas-tugas analitis; yang lain belajar jauh lebih baik ketika mereka mengerjakan yang kontekstual atau praktis.

Beberapa siswa mungkin dapat berkembang jika diberikan penghargaan individu; Adapun siswa yang lain mungkin dapat tersinggung dengan cara tersebut; Ada pula yang merespon lebih baik ketika penghargaan diberikan kepada kelompoknya, bukan secara individu.

Pemahaman guru terhadap berbagai aspek di atas dapat membantu guru membuat keputusan terbaik untuk memberikan layanan belajar

Penilaian Proses

Penilaian proses dilakukan untuk memberikan informasi atau umpan balik bagi pendidik dan peserta didik untuk memperbaiki proses belajar. 

Biasanya asesmen ini dilakukan sepanjang atau di tengah kegiatan/langkah pembelajaran, dan dapat juga dilakukan di akhir langkah pembelajaran. 

Asesmen ini juga termasuk dalam kategori asesmen formatif.

Penilaian formatif merupakan salah satu aspek krusial untuk mendukung keberhasilan pembelajaran berdiferensiasi.

Sejumlah ahli menyatakan bahwa penggunaan penilaian formatif yang efektif adalah salah satu instrumen kelas yang paling kuat untuk berkontribusi pada prestasi siswa, termasuk tentu dalam kaitannya dengan pembelajaran berdiferensiasi.

Melalui penilaian formatif, guru mengumpulkan, menafsirkan, dan menggunakan bukti tentang kinerja siswa untuk membuat keputusan tentang langkah pembelajaran selanjutnya agar menjadi lebih baik (Dylan Wiliam, 2011; Black Wiliam, 2009).

Keputusan-keputusan guru untuk pengelolaan pembelajaran selanjutnya akan lebih baik jika diambil berdasarkan data perkembangan belajar siswa (hasil penilaian) daripada spekulatif tanpa pijakan yang jelas.

Meskipun tujuan utama dari penilaian proses adalah mengumpulkan data untuk meningkatkan kesesuaian instruksional bagi siswa, tujuan penting dan terkait lainnya adalah penggunaan hasil penilaian untuk refleksi guru.

Selain mengungkapkan jawaban "benar" dan "salah", data penilaian formatif dapat menunjukkan bahwa prosedur pembelajaran yang telah dilaksanakan tidak efektif, atau bahwa pengelompokan siswa tidak cocok untuk individu tertentu, atau bahwa sumber daya yang berbeda mungkin lebih baik digunakan, atau bahwa kecepatan pembelajaran perlu penyesuaian, dan sebagainya. 

Dengan kata lain, penilaian formatif yang efektif memberikan cermin dua sisi (bagi guru dan siswa), memberikan wawasan tentang siswa dan guru, dan menunjukkan arah untuk pengembangan berkelanjutan dari keduanya.

Meskipun tujuan utama dari penilaian proses adalah mengumpulkan data untuk meningkatkan kesesuaian instruksional bagi siswa, tujuan penting dan terkait lainnya adalah penggunaan hasil penilaian untuk refleksi guru.

Tujuan penilaian proses adalah untuk memonitor perkembangan belajar siswa, baik secara individual maupun klasikal, dan sebagai dasar bagi guru dan siswa melakukan refleksi atas kinerja masing-masing dalam proses pembelajaran.

Penilaian proses mendokumentasikan apa yang sudah diketahui, dipahami, dan dapat dilakukan siswa, serta mengembangkan keterampilan untuk memonitor apa yang terjadi dalam proses pembelajaran untuk kepentingan penyesuaian, adaptasi, atau membuat perubahan mayor dari pemikiran terhadap pembelajaran.

Dalam konteks pembelajaran berdiferensiasi, tentu penilaian proses ini sangat esensial.

Modul Ajar

Setiap pendidik perlu memiliki rencana pembelajaran untuk membantu mengarahkan proses pembelajaran mencapai CP. 

Rencana pembelajaran ini dapat berupa: rencana pelaksanaan pembelajaran atau yang dikenal sebagai RPP atau dalam bentuk modul ajar.

Apabila pendidik menggunakan modul ajar, maka ia tidak perlu membuat RPP karena komponen-komponen dalam modul ajar meliputi komponen-komponen dalam RPP atau lebih lengkap daripada RPP.

Komponen Minimum Modul Ajar:

  • Tujuan pembelajaran (salah satu dari tujuan dalam alur tujuan pembelajaran).
  • Langkah-langkah atau kegiatan pembelajaran. 
  • Biasanya untuk satu tujuan pembelajaran yang dicapai dalam satu atau lebih pertemuan.
  • Rencana asesmen untuk di awal pembelajaran beserta instrumen dan cara penilaiannya.
  • Rencana asesmen di akhir pembelajaran untuk mengecek ketercapaian tujuan pembelajaran beserta instrumen dan cara penilaiannya.
  • Media pembelajaran yang digunakan, termasuk, misalnya bahan bacaan yang digunakan, lembar kegiatan, video, atau tautan situs web yang perlu dipelajari peserta didik.

Penutup

Pembelajaran berdiferensiasi hendaknya lebih menekankan pada menangani fase belajar siswa yang berbeda dari pemula hingga yang mampu hingga mahir daripada hanya menyediakan kegiatan yang berbeda untuk siswa yang berbeda (kelompok).

Dapatkan artikel terbaru:

0 Response to "Pembelajaran Berdiferensiasi | Prinsip dan Strategi"

Post a Comment

Manfaatkan kotak komentar di bawah ini untuk feed back dan sumbang saran. Terima kasih sudah ikut berkontribusi di blog Matematrick.